Pembangunan Pariwisata di Bali, mendapatkan tonggak kebijakan politiknya ketika Bung Karno menyatakan bahwa "Bali kelak dikemudian hari akan menjadi mercusuar pariwisata dunia" dan Bung Karno kemudian membangun sebuah hotel besar di Sanur, Bali yang menghadap ke timur. Karena Bung Karno senang dengan Sunrise, sesuai dengan kalahirannya di fajar waktu dan dia kerap dijuluki "Sukarno, Putera Sang Fajar". Pada saat proses pembangunan ada kebakaran besar, dan ada sebuah kamar yang tidak terbakar sama sekali yaitu kamar no. 327, dianggap oleh masyarakat Bali saat itu, disanalah kamar Bung Karno.
Hotel Grand Inna sendiri diresmikan 1966, dimana Bung Karno sudah jatuh dari kekuasaannya, dan sama sekali Bung Karno belum pernah menginap di hotel yang dijadikan ikon kebangkitan pariwisata Indonesia di mata dunia Internasional.
Di Sanur sendiri perkembangan pariwisata berjalan semarak, jauh sebelumnya sudah ada hotel modern di Sanur, bernama Hotel La Taverna dan Tandjung Sari, yang amat dikenal turis bila mengunjungi Bali. Sekitar 20 menit jarak antara Bandara Ngurah Rai ke Sanur.
Di masa Pemerintahan Suharto, juga tak mau kalah dalam membangun Pariwisata, Pak Harto meminta Emil Salim merancang hotel yang tepat menghadap matahari terbit, lalu dibangunlah Hotel Sanur Beach pada tahun 1974.
(Tulisan ini diberdayakan oleh Facebook Kumpulan Sejarah Indonesia dan Sumber lainya)
Post a Comment