(Tulisan ini diberdayakan oleh Kumpulan Sejarah Indonesia facebook dan Sumber lainya)
Sejak jaman Presiden Soekarno hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Istana Kepresidenan Jakarta dan juga Istana-istana di daerah menyimpan benda-benda seni bersejarah, mulai dari lukisan hingga patung-patung. Semua Istana Kepresidenan itu memiliki museum sendiri, salah satunya adalah Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta yang terletak di kompleks Istana kepresidenan Yogyakarta atau Gedung Agung.
Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta adalah sebuah bangunan yang aslinya didirikan tahun 1915 dan memiliki luas 5.600 meter persegi. Museum ini terletak di bagian selatan kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta, bersisian dengan jalan K.H. Ahmad Dahlan. Bangunan yang semula bernama Museum Seni Sono itu tadinya merupakan Kompleks Seni Sono milik Depertemen Penerangan RI. Bangunannya pun terpisah dari Gedung Agung. Namun, sejak tahun 1995-1996 menjadi bagian dari Gedung Agung.
Awalnya, Kompleks Seni Sono yang dibangun Belanda tahun 1911 ini merupakan bangunan milik Kantor Departemen Penerangan RI dan terakhir kali dipergunakan sebagai kantor PWI/Antara. Kemudian pada tahun 1995, Kompleks Seni Sono ini dipugar. Proses pemugarannya memakan waktu 3 tahun. Setelah itu, Presiden B.J. Habibie meresmikan penggunaannya kembali, dan perawatannya pun menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Di masa lalu, bangunan ini pernah dipakai sebagai soos atau societeit (wisma rekreasi bagi warga asing), sebelum kemudian menjadi gedung bioskop dan terakhir kali dipakai sebagai galeri seni.
Kompleks Seni Sono dan kemudian menjadi Museum Seni Sono dipugar dengan corak arsitektur Gedung Agung sebagai acuan untuk menciptakan kesan serasi. Bangunan baru Museum Seni Sono terdiri dari auditorium, tempat penyimpanan koleksi benda-benda seni, galeri pameran, dan perkantoran. Auditorium Seni Sono semula adalah gedung Seni Sono yang dibangun pada tahun 1915 dan diperuntukkan sebagai tempat pertunjukan kesenian terpilih yang berkaitan dengan acara kenegaraaan.
Tempat untuk penyimpanan koleksi benda-benda seni tadinya adalah bangunan kuno yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1911, sementara bangunan yang tadinya digunakan sebagai kantor PWI/Antara sekarang digunakan sebagai ruang pameran II. Sedangkan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung pameran I dan perkantoran sebelumnya adalah bangunan kantor Departemen Penerangan.
Menurut Ita, staf Rumah Tangga dan Protokol Istana Kepresidenan Yogyakarta yang menangani Museum Istana, penyebutan Museum Seni Sono menjadi Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta ini diberlakukan pada tahun 2009. Pada waktu itu ada pelimpahan barang-barang seni dari Istana Kepresidenan Jakarta ke masing-masing Istana Kepresidenan yang ada di daerah karena setiap Istana Kepresidenan diharuskan memiliki museum sendiri.
Pada tahun 2009 itulah, museum ini mulai diisi dengan barang-barang limpahan dari Gedung Bina Graha Jakarta selain benda-benda seni yang tadinya memang sudah ada di Museum Seni Sono itu sejak jaman Presiden Soekarno.
“Sejak tahun 2009, menjadi Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta. Museumnya itu sendiri tahun 2009 baru kita isi dengan limpahan barang-barang dari museum Istana Jakarta yang dulu berada di Bina Graha,” Ita menjelaskan. “Tahun 2009 dimulai pengaturan, tahun 2010 mulai perkenalan dengan Badan Musyawarah Museum yang ada di Yogyakarta,” tambahnya.
Jika ada tamu ataupun masyarakat yang berkunjung ke Gedung Agung, pihak Istana Yogyakarta selalu membawa tamu-tamu tersebut ke dalam museum, kecuali untuk pengunjung usia SD dan SMP dengan alasan keamanan. “Kami hanya memperbolehkan untuk pengunjung mulai dari tingkat SMA ke atas. Untuk pengunjung dari tingkat SD atau SMP belum kami perbolehkan karena alasan keamanan benda-benda yang ada di museum. Mereka kan tingkat kehati-hatiannya masih kurang,” Ita mengungkapkan.
Adapun upaya penyatuan Seni Sono menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta adalah sebagai upaya penataan sekaligus memberikan tempat terhormat bagi pementasan dan pameran seni bagi kota Yogyakarta.
Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta adalah sebuah bangunan yang aslinya didirikan tahun 1915 dan memiliki luas 5.600 meter persegi. Museum ini terletak di bagian selatan kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta, bersisian dengan jalan K.H. Ahmad Dahlan. Bangunan yang semula bernama Museum Seni Sono itu tadinya merupakan Kompleks Seni Sono milik Depertemen Penerangan RI. Bangunannya pun terpisah dari Gedung Agung. Namun, sejak tahun 1995-1996 menjadi bagian dari Gedung Agung.
Awalnya, Kompleks Seni Sono yang dibangun Belanda tahun 1911 ini merupakan bangunan milik Kantor Departemen Penerangan RI dan terakhir kali dipergunakan sebagai kantor PWI/Antara. Kemudian pada tahun 1995, Kompleks Seni Sono ini dipugar. Proses pemugarannya memakan waktu 3 tahun. Setelah itu, Presiden B.J. Habibie meresmikan penggunaannya kembali, dan perawatannya pun menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Di masa lalu, bangunan ini pernah dipakai sebagai soos atau societeit (wisma rekreasi bagi warga asing), sebelum kemudian menjadi gedung bioskop dan terakhir kali dipakai sebagai galeri seni.
Kompleks Seni Sono dan kemudian menjadi Museum Seni Sono dipugar dengan corak arsitektur Gedung Agung sebagai acuan untuk menciptakan kesan serasi. Bangunan baru Museum Seni Sono terdiri dari auditorium, tempat penyimpanan koleksi benda-benda seni, galeri pameran, dan perkantoran. Auditorium Seni Sono semula adalah gedung Seni Sono yang dibangun pada tahun 1915 dan diperuntukkan sebagai tempat pertunjukan kesenian terpilih yang berkaitan dengan acara kenegaraaan.
Tempat untuk penyimpanan koleksi benda-benda seni tadinya adalah bangunan kuno yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1911, sementara bangunan yang tadinya digunakan sebagai kantor PWI/Antara sekarang digunakan sebagai ruang pameran II. Sedangkan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung pameran I dan perkantoran sebelumnya adalah bangunan kantor Departemen Penerangan.
Menurut Ita, staf Rumah Tangga dan Protokol Istana Kepresidenan Yogyakarta yang menangani Museum Istana, penyebutan Museum Seni Sono menjadi Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta ini diberlakukan pada tahun 2009. Pada waktu itu ada pelimpahan barang-barang seni dari Istana Kepresidenan Jakarta ke masing-masing Istana Kepresidenan yang ada di daerah karena setiap Istana Kepresidenan diharuskan memiliki museum sendiri.
Pada tahun 2009 itulah, museum ini mulai diisi dengan barang-barang limpahan dari Gedung Bina Graha Jakarta selain benda-benda seni yang tadinya memang sudah ada di Museum Seni Sono itu sejak jaman Presiden Soekarno.
“Sejak tahun 2009, menjadi Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta. Museumnya itu sendiri tahun 2009 baru kita isi dengan limpahan barang-barang dari museum Istana Jakarta yang dulu berada di Bina Graha,” Ita menjelaskan. “Tahun 2009 dimulai pengaturan, tahun 2010 mulai perkenalan dengan Badan Musyawarah Museum yang ada di Yogyakarta,” tambahnya.
Jika ada tamu ataupun masyarakat yang berkunjung ke Gedung Agung, pihak Istana Yogyakarta selalu membawa tamu-tamu tersebut ke dalam museum, kecuali untuk pengunjung usia SD dan SMP dengan alasan keamanan. “Kami hanya memperbolehkan untuk pengunjung mulai dari tingkat SMA ke atas. Untuk pengunjung dari tingkat SD atau SMP belum kami perbolehkan karena alasan keamanan benda-benda yang ada di museum. Mereka kan tingkat kehati-hatiannya masih kurang,” Ita mengungkapkan.
Adapun upaya penyatuan Seni Sono menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Yogyakarta adalah sebagai upaya penataan sekaligus memberikan tempat terhormat bagi pementasan dan pameran seni bagi kota Yogyakarta.
Post a Comment